Suasana kampus saat ini memang sudah berbeda dengan sebelumnya. Mahasiswa saat ini lebih sibuk memikirkan bagaimana agar kuliah mereka segera selesai, segera mendapat pekerjaan, dan hidup mapan.
”Ya bagaimana? Di kampus memang sekarang suasananya begitu. Kuliah pulang, paling kita nongkrong sambil ngopi di kafe.
Kondisi mahasiswa saat ini berbeda dengan kehidupan senior-senior sebelumnya. ”Bisa dibilang, mahasiswa lebih asyik dengan isu-isu aksesori, bukan isu-isu strategis,”
Mungkin karena itulah di sejumlah kampus saat ini, misalnya, lebih meriah dengan kegiatan facebookan daripada aksi-aksi kemasyarakatan lain.
Benarkah mahasiswa saat ini apolitis dan tidak peduli lagi dengan urusan bangsa?, mahasiswa kini banyak yang ogah untuk ikut berunjuk rasa sepertinya mahasiswa saat ini memang sudah terbentuk seperti itu. Alasan lain, sering kali mahasiswa dibuat bingung dengan berbagai pengalihan isu di media. Misalnya, di saat masyarakat sedang ramai membicarakan skandal Bank Century, tiba-tiba saja kasus video seorang penyanyi seolah-olah menjadi berita besar, dibesar-besarkan oleh para pejabat terkait.
Mahasiswa saat ini tidak tertarik berpolitik. ”Mahasiswa saat ini berbeda dengan angkatan 66, 78, maupun angkatan 98,” Saat itu mereka mahasiswa memiliki ”musuh bersama” untuk mereka lawan bersama, semisal saat 1998 mahasiswa secara bersama dan solid bergerak untuk menggulingkan kekuasaan Orde Baru.
Sistem akademik saat ini sangat ketat dengan kompetisi antarmahasiswa yang demikian tinggi. ”Sistem itu telah menjadikan mahasiswa tidak memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah sosial politik di sekitar mereka,”
Romo Mangun Wijaya seorang aktifis ataupun penulis pernah mengatakan bahwa mahasiswa bisa kuliah dan menjadi mahasiswa sebenarnya yang di dalamnya juga ada ”darah dan keringat” masyarakat. Jadi sudah seharusnyalah mahasiswa tetap peduli terhadap persoalan-persoalan rakyat di sekitarnya, yang terkesan semakin ditinggalkan oleh elite politik.
Hal lain adalah mahasiswa saat ini terjebak dalam gaya hidup hedonisme. Seusai berkuliah, mereka lebih suka menghabiskan waktu di warung kopi atau sekadar nongkrong di kafe. Pembicaraan pun lebih sering dipenuhi dengan obrolan mode, musik, atau film dari pada persoalan-persoalan bangsa, dari belum tegaknya hukum hingga ke korupsi yang semakin menggerogoti negara ini, atau kehidupan masyarakat yang semakin sulit dan sengsara.
Jangan heran jika banyak di antara mahasiswa bahkan tidak membaca surat kabar, apalagi mengikuti isu-isu yang berkembang di masyarakat.
Bukan melulu karena persaingan yang semakin ketat atau tuntutan orangtua agar mahasiswa segera menyelesaikan kuliah. Namun, sistem pendidikan yang ada pun tidak membangun kampus dan mahasiswa menjadi manusia-manusia yang berkualitas, yang peduli akan nasib bangsa dan negaranya.
Mahasiswa hanya terfokus untuk mengisi absensi sepenuh mungkin, mendapatkan nilai-nilai bagus setiap mata kuliah, segera lulus, dan mencari pekerjaan. Syukur-syukur segera bekerja.
"Kampus kan kini hanya mencetak dan meluluskan manusia-manusia robot,
Tidak heran jika dalam banyak kasus banyak sarjana yang tidak menguasai disiplin ilmunya karena mereka tidak dipersiapkan secara matang. Buktinya, tingginya angka pengangguran sarjana sebagai bentuk dari kegagalan sebuah sistem pendidikan.