Mahasiswa dengan gelar sosial mulai dari agent of change, agent of social control. Bahkan, menurut sebagian besar masyarakat menyebut mahasiswa adalah orang yang serba bisa, serba tahu berbagai persoalan yang muncul dalam masyarakat.
Hal ini menjadikan mahasiswa sebagai kaum elit dan terhormat dibanding dengan kaum muda lainnya.
Namun, sederet titel dan penghargaan terhadap mahasiswa teryata tidak semuanya berbuah manis serta sesuai dengan harapan masyarakat, belum lagi Aceh pada saat ini sedang melaksanakan pemilihan kepala daerah, bupati/walikota disejumlah daerah di aceh.
Namun mahasiswa gelar sebagai sosial dan yang dikenal dengan pihak idealisme bukan mencari penengah di antara kisruh yang terjadi antara para calon calon kandidat ini akan tetapi malah ikut ikutan dalam menyukseskan calon calon kandidat dengan membawa bawa nama mahasiswa kedalam kelompoknya.
Idealisme mahasiswa juga semakin dipertanyakan ketika banyak mahasiswa yang berbondong bondong dalam membuat suatu wadah dengan mengatasnamakan kelompok mahasiswa dengan mendukung calon calon kandidat tertentu, bahkan sudah menjadi rahasia umum ketika banyak mahassiswa yang menjadi tim sukses calon kandidat, seharusnya mahasiswa bisa lebih bijaksana dalam menentukan sikap idealisme nya bukan malah menjual nama mahasiswa demi kepentingan perutnya dengan selalu mengatasnamakan mahasiswa dalam mendukung calon kandidat pilkada.
Sangat tidak pantas ketika ada sebuah organisasi yang mengatasnamakan mahasiswa untuk mendukung calon calon kandidat dipilkada karena itu sangat merusak citra mahasiswa didalam maysarakat itu sendiri, belum lagi persoalan persoalan yang membuat masyarakat semakin tidak percaya keberadaan mahasiswa yang saat ini mulai melenceng dari Tri Dharma, Maraknya pemberitaan di media massa baik melalui media cetak maupun elektronik menunjukkan betapa ironisnya prilaku mahasiswa akhir-akhir ini. Dengan memasukkan nama organisasi mahasiswa dalam mendukung kandidat dipilkada, belum lagi dengan isu demo bayaran yang selama ini kerap kita dengar ditelinga maupun dimedia menyangkut permasalahan pilkada.
Menarik untuk dibicarakan adalah bagaimana nilai-nilai kritis, objektif, responsive, progresif dan idealisme ini mulai pudar dari diri mahasiswa akhir-akhir ini, Dapat kita lihat di Aceh bahwa para mahasiswa yang notabenenya adalah insan akademis telah mulai melirik dunia politik praktis yang selama ini di cap “HARAM” oleh mahasiswa sendiri. Banyak generasi mahasiswa Aceh yang mulai terlihat aktif dalam politik praktis melalui keaktifannya sebagai anggota parpol maupun hanya sekedar simpatisan, pendukung sebuah partai politik dan pendukung pada saat pilkada dilaksanakan. Seakan-akan citra mahasiswa yang identik dengan dunia pendidikan dan social yang bernilai objektif beralih ke dunia politik praktis yang bernilai subjektif.
Nah , kalau sudah begitu kapan lagi mahasiswa akan diajari berpikir kritis, dan objektif, kapan lagi mahasiswa akan berpikir pentingnya menuntut ilmu kalau sudah mendapat iming-iming seperti itu, Bayangkan kalau mahasiswa yang saat sekarang ini sudah diajari berpikir kepentingan, pragmatis, dan subjektif pastinya di masa depan kita tidak menemui lagi pemimpin yang objektif, bijaksana, kritis, responsive, idealis, tangguh, berakhlak dan berorientasi social karena semua sikap ini sudah “terbunuh” ketika mereka menjadi mahasiswa.
Dan nama mahasiswa semakin tercoreng dimata masyarakat pada saat ini dikarenakan sikap beberapa kelompok yang selalu membawa bawa nama mahasiswa demi kepentingan perutnya, seharusnya mahasiswa yang lain harus bangkit dalam mengembalikan idealisme mahasiswa ini agar tak menjadi punah mahasiswa sebagai gelar sosial dan idealisme.
Mahasiswa semakin hari semakin lari dari perannya sebagai agent of change yang disandangnya dengan sikap sikap pragmatis yang ada didalam jiwanya telah menjadikan mahasiswa lainnya menjadi korban dari kepentingannya, belum lagi ditambahkan dengan sikap mahasiswa apatis juga semakin menambah rentetan dosa mahasiswa kepada masyarakat yang selalu mengharapkan perubahan, kritikan, perjuangan dan keadilan untuk masyarakat, semakin hari semakin punahnya mahasiswa dalam pandangan dan harapan rakyat.