Menyikapi gap antara
akademisi dan industri sebelumnya adalah hal yang perlu dikaji untuk mengetahui
apakah pentingnya “pendidikan”. Gap tersebut pada intinya merupakan masalah
turun-temurun yang belum begitu nyata pemecahan dan solusinya. Masalahnya antara
akademisi dan industri selalu berkaitan dalam hal dasar pendidikan. Pendidikan
yang merupakan investasi terbesar untuk menemkan satu pemecahan masalah itu
sendiri.
Apa yang terjadi selanjutnya
adalah gap tersebut lebih mengarah lebih sempit lagi kepada gap yang berada di
dunia pendidikan sendiri khususnya pendidikandi perguruan tingggi.
Bila dilihat dari kapasitas
yang dibutuhkan dunia manapun adalah SDM yang unggul, mereka yang mempunyai
perbedaan dari kebanyakan manusia lainnya. Itulah mengapa yang namanya pemimpin
sangat sedikit. Oleh Karena itu dalam dunia pendidikan ada sebuah tolak ukur
untuk mengukur tingkat kapasitas pendidikan seseorang.
Namun masalahnya dalah ukuran
tersebut semakin mengerucut tidak dimengerti maknanya. Sudah barang pasti kalau
IPK adalah ukuran fisik dalam sebuah kapasitas pendidikan seseorang di
pendidikan di perguruan tinggi. Namun ada satu hal yang sudah banyak dilupakan
dari ukuran pendidikan yang sebenarnya, yaitu kesadaran untuk mengembangkan
potensi diri agar mempunyai karakter unggul, berbeda, dengan kekeuatan
spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, wawasan umum, akhlak
mulia, serta manfaat bagi masyarakat. Hal tersebut tidak bisa dilihat dari
tingginya sebuah IPK seseorang.
Memang logikanya mereka yang
ber IPK tinggi pastinya pintar. Tapi apakah kepintaran sudah cukup. Kalau hanya
sekedar menjadi “pintar” semua orang pasti bisa. Karena saya yakin apapun bisa
dipelajari. Namun bagaiman jika mnejadi pribadi yang berkarakter unggul,
berbeda, mempunyai kompetensi komparatif? Inilah yang sering dilupakan oleh
rekan-rekan mahasiswa dan pelajar kita.
Gap IPK tinggi dengan IPK
unggul sendiri bukan sebuah pembelaan bagi personal yang tidak dapat mencapai
IPK tinggi. Namun kenyataannya paradigma y ang terjadi pada SDM di Indonesia
seperti itu. Buktinya, mana ada orang yang Tanya”Berapakah jumlah
produktivitasmu semester ini atau kontribusi apa yang telah kau lakukan di
semester ini? “tapi pertanyaan yang sering muncul adalah “Berapa
nilai IPK mu? Lantas ada apa dengan nilai tersebut?
Bukan jamanya lagi jika
seorang mahasiswa membangga-banggakan nilai IPK tinggi. Benar IPK tinggi tetap
penting, namun hanya sebagai password saja dari segi
pengetahuan. Tapi IPK yang unggul lebih penting. IPK yang unggul secara nyata
memiliki arti bahwa pada output berapapun (nilai IPK) seorang mahasiswa
benar-benar dapat menggunakan pengetahuannya untuk meningkatkan karakter dan
kompetensi yang unik. Unggul juga mempunyai makna bahwa suatu hal itu
benar-benar berarti dan dapat bermanfaat, bukan sekedar pencapaian belaka.
Maka dari itu untuk menyikapi
gap tersebut perlu diperhatikan dua hal utama sebagai berikut
Perbaiki Proses Pendidikan
Perbaikan prose pendidikan
ini mengacu pada suatu pemikiran yang mau keluar dari tradisi sebelumnya, yaitu
kapasitas berinisiatif untuk mengetahui keunggulan diri dan menentukan
ketepatan arah bukan kecepatan langkah. Salah satu langkahnya seperti:
- Melibatkan
mahasiswa dalam berbagai project nyata yang dapat melatih dan mendekatkan
ilmu yang akan digunakan di dunia industri pada akhirnya nanti.
- Mengembangkan
kompetensi pengujian bergaya pragmatis. Lebih baik mengarahkan pada gaya
pendekatan pengembangan projek atau laporan analisa
- Mengembangkan
kemampuan mahasiswa untuk memiliki kemampuan verbal dan tulis:
- Mewajibakan
mahasiswa memiliki blog untu menuliskan aktifitas, laporan tugas serta
sebagai wadah membina kemampuan tulis.
- Mewajibkan
mahasiswa untuk mempresentasikan projek di depan kelas sebagai Pembina
kemampuan verbal. Ingat, seseorang pendiam pun bukan berarti ia memiliki
kekekurangan dalam verbal
Marketing Your Self
Sebagai mahasiswa patut untuk
dapat membangun personal branding-nya. Hal ini merupakan senjata
utama dalam mengahadapi persaingan jaman. Dalam kajian ilmu strategi manapun
pasti sedikitnya merekomendasikan untuk melakukan diferensiasi agar unggul
dengan pesaingnya. Nah personal branding itu sendiri tidak
susah. Kalau dikatakan susah mungkin mereka belum mengenal pribadinya, karena
selama itu mereka masih memandang orang lain sebagai ukuran mereka sendiri.
Padahal setiap pribadi kita sebenarnya sangatlah mencengankan bagi orang
lain(mengenai artikel sawang sinawang atau pandang memandang ini akan saya
jelaskan dalam artikel yang lain).
Langkah awal untuk membangun
personal branding adalah dengan memasarkan keunggulan komparatif kita(marketing
your self). Mengenalkan, memasarkan, dan membentuk image branding ini
bukan hanya lewat event atau forum terbuka, namun secara lugu pun dapat
dilakukan dengan menebar pesona lewat tulisan ringan dengan mengandalkan media
internet dan blog. Selain itu strategi memanfaatkan “proses” sebagai jalan
untuk mengunggulkan diri dilakukan dengan melakukan semuanya secara total. Pada
akhirnya hasil akhir berupa IPK tinggi bukan lagi focus utama. Karena fokus
utamanya lebih besar dari sekedar nilai yaitu mempunyai karakter nyata yang
dapat dijual.
Sekarang pilihannya ada dua,
apakah akan menjadi pribadi yang berhasil dalam taraf pencapaian semata atau most
valuable person yang dengan pengetahuan dan wawasan umumnya dapat
mempengaruhi banyak hal.
Akhirnya, selamat anda adalah
orang lugu yang telah berhasil menuntaskan membaca artikel ini dan pastinya
akan berguna.