Samudera bergolak saat kedua lempeng bertubrukan. Bumi pun
tiba-tiba bergetar hebat, bagaikan ingin merekah. Tak lama, debur air yang
senantiasa mesra mencium bibir pantai, kini bagaikan mengamuk membabi-buta.
Bergulung-gulung melibas yang menghadang lajunya. Memaksa pepohonan dan
bangunan untuk tunduk sujud kepada-Nya. Membuat kecut banyak hati yang selama
ini mungkin lalai menyembah. Sementara jiwa yang bersih semakin tunduk akan
kebesaran Allah ‘Azza wa Jalla.
Beribu tangan
berusaha menggapai apa saja. Beribu kaki pula mencoba berlari sekuat tenaga.
Namun apalah daya, gelombang maha dahsyat merampasnya dengan paksa. Lalu,
direnggutnya orang-orang tercinta dari sisi mereka yang hanya mampu menatap
pasrah. Sekejap, Serambi Mekah porak-poranda.
Suasana pagi
yang biasanya ceria, kini berganti mencekam. Panik! Di sana-sini hanya
terdengar erangan, rintihan dan ratapan. Jutaan do’a seketika menghambur ke
angkasa, suaranya bergemuruh membahana. Meremukkan ruang batin bagi setiap jiwa
yang mendengarnya. Saat itu, sangkakala bagaikan telah ditiupkan. Gaungnya
menyampaikan kabar tentang duka nestapa dan juga kematian.
Lantas…
Terpampanglah
pemandangan yang kembali menyentak kesadaran. Ribuan mayat bergelimpangan
dengan tubuh membengkak. Tergeletak di trotoar jalan, mengapung di pinggir
sungai atau tersangkut di pepohonan. Ada pula yang tersembul dari setiap sudut
rumah, terjepit di reruntuhan, bahkan terkubur dalam tumpukan sampah. Bau tak
sedap kemudian menyengat dari segala penjuru arah. Aromanya mengundang lalat
berdansa suka cita.
Banyak di
antaranya adalah anak-anak tanpa dosa. Wajah polosnya terlihat tersenyum
bahagia, menanti saat harus dikebumikan dalam lubang-lubang besar. Secarik kain
usang cukuplah sebagai pengganti kafan. Sementara yang masih hidup diam
termangu. Lantas sambil berurai air mata tertatih-tatih melangkah kecil mencari
ayah dan bunda. Tak tahu, entah di mana orang tua tercinta berada. Pun, tak
tahu pula dengan masa depannya karena hidup kini sebatang kara.
Tampak juga di
sebuah sisi jalan, beberapa orang dewasa bahkan terlihat telah terguncang
jiwanya. Sementara beribu wajah lainnya pias, didera ketakutan. Mata kuyu, dan
tubuh pun gemetar karena rasa lapar yang teramat sangat. Air bening tak usai
beruah di wajah mereka, ditingkahi teriakan histeris menyayat hati siapapun
yang mendengar. Jutaan butir air mata itu seakan tak mampu menghapus rasa duka
yang begitu mendalam. Bahkan, tetesannya tak akan dapat membersihkan lumpur
kental di jalanan.
Mungkin butuh
banyak waktu untuk melihat Serambi Mekah pulih seperti sedia kala. Pun, entah
kapan bisa terukir senyum di wajah mereka, karena hari-hari yang nanti dilalui
pasti semakin hening dan sepi. Tak akan ada lagi senandung buaian cinta yang
dilantunkan ibunda untuk menghantar lelap buah hatinya. Keajaiban pula untuk
mendengar kembali canda mesra istri-istri dan para suaminya. Mereka telah
tiada, pergi untuk selama-lamanya. Rasanya hanya helaan nafas berat yang
terdengar atau bunyi tetesan butir air mata yang jatuh membasahi tanah.
Selamat jalan
abang, kakak dan adik tercinta. Tak usah semaikan lara di hati, karena memang
dirimu tak akan pernah sendiri. Lihatlah, bahkan di langit malaikat pun
terpekur muram dengan wajah sedih. Sepasang matanya yang teduh turut menangisi
isi bumi.
Bernyanyi dan
menarilah dengan riang gembira di alam sana. Ajak ananda tercinta bermain air
di sungai-sungai kecil dan tenang. Biarkan tangan mungil mereka asyik menangkap
ikan-ikan, karena tak akan ada Tsunami yang mengancam. Bacakan pula dongeng dan
kisah kepahlawanan pejuang Aceh di bawah pohon-pohon rindang. Jangan khawatir,
takut dan resah, bukankah di sana tak akan ada lagi pembunuhan, pemerkosaan
atau letusan senapan. Suasana pun pasti menyenangkan seperti yang selama ini
engkau impikan..
**********
Musibah demi
musibah Allah timpakan silih berganti namun manusia durhaka tetap saja tak mau
sadar. Bahkan dengan kepongahannya, mereka mengemas setiap kemaksiyatan
sedemikian rapih, sehingga tidak terasa lagi kalau perbuatan tersebut adalah
mendurhakai Allah Subhanahu wa Ta’ala..
saat tsunami
menghantam, MESJID TIDAK ROBOH…!!
Ia memberikan
pesan: bangunlah Aceh, makmurkan Aceh — negeri para syuhada — dari masjid..
Masjid menjadi
titik awal, titik nol, untuk kemudian bergerak membentuk lingkaran puluhan,
ribuan, jutaan kilometer menyebarkan kebajikan, keindahan, perlindungan,
keteduhan, amar makruf nahi mungkar..
Penulis : Saiful Effendi