Kebanyakan dari kita tidak menyadari bahwa apa yang
kita ucapkan akan ada catatannya. Kita seenaknya saja berkata-kata. Bahkan
terkadang kita mengeluarkan kata-kata yang tidak disukai oleh Allah dan
Rasul-Nya. Alih-alih bisa menyejukkan hati orang yang mendengarnya, kata-kata
yang keluar dari mulut kita kebanyakan kata-kata yang bisa menjadikan hati
membatu dan tidak berdasarkan suatu bukti dan inti dari permasalahan yang kita ucapakan tentang (mengapa, kenapa dan siapa) dan (benar atau tidak) , lebih jauhnya lagi memicu permusuhan dan pertengkaran. Baik kita
melakukannya secara langsung maupun melalui alat-alat komunikasi, yang lebih diperparah kondisi kita pada saat ini, kita terlebih dahulu mengumbar di jejaring sosial dan kepada teman teman apa yang kita curigakan dari pada menanyakan lansung kepada orang yang bersangkutan.
Sekarang ini, tidak sedikit orang yang dijebloskan
ke penjara hanya gara-gara menuliskan sebuah kalimat di jejaring sosial yang
mengandung pelecehan. Di dunia saja kata-kata yang kita ucapkan sudah
diperhitungkan orang lain, apalagi di akhirat kelak. Ingat pepatah mengatakan
“mulutmu adalah harimaumu.” Oleh karena itu, kita harus pandai-pandai menjaga
lisan kita. Jika lisan kita terjaga maka kita akan selamat.
Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: "Tidak
ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari
orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma`ruf, atau
mengadakan perdamaian diantara manusia". (An-Nisa: 114).
Hendaknya pembicaran dengan suara yang dapat didengar,
tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu rendah, ungkapannya jelas dapat
difahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat atau dipaksa-paksakan.
Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna
bagimu. Hadits Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam menyatakan:
"Termasuk kebaikan islamnya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang
tidak berguna". (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Janganlah kamu membicarakan semua apa yang kamu
dengar. Abu Hurairah Radhiallaahu anhu di dalam hadisnya menuturkan :
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda:"Cukuplah menjadi
suatu dosa bagi seseorang yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia
dengar".(HR. Muslim)
Menghindari perdebatan dan saling membantah,
sekalipun kamu berada di fihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta
sekalipun bercanda. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: "Aku
adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari
bertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di
tengah-tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun
bercanda". (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani).
Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa. Aisyah
ra. telah menuturkan: "Sesungguhnya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam
apabila membi-carakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang
menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya". (Mutta-faq'alaih).
Menghindari perkataan jorok (keji). Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: "Seorang mu'min itu pencela atau
pengutuk atau keji pembicaraannya". (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab
Mufrad, dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Menghindari sikap memaksakan diri dan banyak bicara di
dalam berbicara. Di dalam hadits Jabir Radhiallaahu anhu disebutkan: "Dan
sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari
Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih dan
orang-orang yang mutafaihiqun". Para shahabat bertanya: Wahai Rasulllah,
apa arti mutafaihiqun? Nabi menjawab: "Orang-orang yang sombong".
(HR. At-Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani).
Menghindari perbuatan menggunjing (ghibah) dan
mengadu domba. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: "Dan
janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain".(Al-Hujurat: 12).
Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik
dan tidak memotongnya, juga tidak menampakkan bahwa kamu mengetahui apa yang
dibicarakannya, tidak menganggap rendah pendapatnya atau mendustakannya.
Jangan memonopoli dalam berbicara, tetapi
berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk berbicara.
Menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang
menyakitkan perasaan dan tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain
dan kekeliruannya, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian, permusuhan
dan pertentangan.
Menghindari sikap mengejek, memperolok-olok dan
memandang rendah orang yang berbicara. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman
yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu
kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan), dan jangan pula
wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi
wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang
mengolok-olokan). (Al-Hujurat: 11).
(Dikutip dari
Judul Asli Al-Qismu Al-Ilmi, penerbit Dar Al-Wathan, penulis Syaikh Abdullah
bin Abdul Aziz bin Baz, versi Indonesia Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari)