Apa kabar kawan-kawan Kampus Biru Universitas Serambi Mekkah??

Sebelum saya mencapai inti dari penulisan dokumen ataupun artikel ini, terlebih dahulu saya memohon maaf dan tidak ada maksud untuk menyalahkan salah satu pihak atau siapapun dan sedikit mengingatkan tentang sejarah kampus tercinta kita tersebut.

Universitas Serambi Mekkah di dirikan pada 16 September 1985, sebelumnya pada 21 Maret 1984 Yayasan Pembangunan Serambi Mekkah (YPSM) di dirikan oleh salah satu pahlawan nasional dan salah satu putera terbaik aceh yaitu DR. Mr. H. Teuku Moehammad Hasan yang tertuang dalam akta notaris No. 76 tahun 1984, berdasarkan izin Kopertis Wilayah I Sumut dan Aceh maka DR. H. Teuku Moehammad Hasan mendirikan Perguruan Tinggi Serambi Mekkah (PTSM) di bawah YPSM dengan izin operasional Nomor 180/SK.PPS/KOP/1985 tanggal 18 Juli 1985, yang selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0430/O/1987 tanggal 23 Juli 1987, PTSM memperoleh status terdaftar. Setelah berkembang dan mendapatkan perhatian yang besar dari masyarakat Aceh, sebagai bukti kualitas penyelenggaraan PTSM, sejak tahun 2000 hampir seluruh program studi yang ada di lingkungan PTSM memperoleh status “TERAKREDITASI BAN PT".
Pada tahun 2002 PTSM menjadi Universitas Serambi Mekkah (USM) berdasarkan Surat Keputusan Mendiknas No. 256/D/0/2002 tanggal 30 Oktober 2002.
Nah kawan-kawan, itu lah sejarah singkat dari pembangunan Kampus tercinta kita tersebut, lantas apa yang akan saya bahas dalam artikel ini? Bukan Alm. DR.H.Teuku Moehammad Hasan ataupun tentang kampus kita, tetapi mengenai salah satu Gedung yang terdapat dalam kawasan kampus kita tersebut, yaitu mengenai si gedung "G", kenapa dan mengapa sih dengan si gedung "G"?Begini kawan-kawan, saya tidak membahas mengenai penyelesaian gedung tersebut yang terlambat, tetapi tentang Konstruksi dan Filosofi keagamaan yang terkesan kurang di hiraukan dalam proses pembangunan gedung tersebut.
Pertama mengenai konstruksi, mungkin sebagian dari kawan-kawan sepakat dan setuju jika saya mengatakan bahwa fondasi gedung G tersebut bukan untuk bangunan 4 lantai,  tingkat keamanan dan keselamatan para mahasiswa yang belajar dalam gedung tersebut patut di pertanyakan kelak ketika pembangunan gedung "G" tersebut selesai 100%, mengapa demikian? Sekali lagi kawan, coba perhatikan dengan teliti tiap sisi dalam gedung tersebut, perhatikan tiap sudut-sudutnya, maka kawan-kawan akan melihat suatu "keajaiban" pada gedung tersebut, apa itu? Pertama, Gedung tersebut tidak memiliki siku dalam proses awal pembangunanya. Kedua, pada tiap-tiap sudutnya telah "memiliki" keretakan-keretakan halus yang hanya dapat terlihat jika memang benar-benar kita perhatikan dengan teliti.
Terkesan Gedung "G" tersebut di bangun secara asal-asalan tanpa memperhitungkan tingkat ketelitian dan kerapihan dalam pembangunannya, miris memang dengan melihat gedung G yang memiliki 24 Ruang dengan 8 ruang pada tiap-tiap tingkatannya yaitu dari tingkat dasar, tingkat 2 dan tingkat 3, dan mampu menampung lbh dari puluhan mahasiswa/i dalam tiap jam-jam aktif perkuliahan tetapi kondisi nyatanya seperti demikian, yang lebih membuat saya takut sekaligus tertawa lucu yaitu, pembangunan lantai 4 tetap dilanjutkan tanpa melihat kondisi gedung yang sudah agak sedikit keropos, bayangkan kawan jika pembangunan gedung G tersebut selesai 100%, kawan-kawan dapat memprediksi berapa tahun sich gedung G tersebut dapat berdiri tegak?
Saya memprediksikan hanya 10 tahun, lebih dari itu, gedung tersebut akan di rehab, permasalahannya kawan-kawan, untuk merehab butuh biaya yang tidak sedikit, nah terkesan mubazir bukan jika memang gedung tersebut selesai 100% dan kemudian hanya untuk diperbaiki dalam waktu yang relatif singkat.
Oke kawan, sekarang yang kedua, mengenai Filosofi Keagamaan yang dalam hal ini mahasiswa/i Universitas Serambi Mekkah mayoritas beragama Islam, lantas apa sich hubungannya agama dengan gedung G?Sekali lagi saya mencoba membuka mata kawan-kawan mahasiswa/i Universitas Serambi Mekkah, coba kita perhatikan, di samping Gedung "G" yang telah mencapai lantai 4 yaitu lantai terakhir pada bangunan tersebut terdapat sebuah mushalla, saya memang tidak rutin untuk beribadah dalam mushalla tersebut :), tetapi yang menjadikan saya menggeleng-gelengkan kepala adalah mushalla tersebut terkesan kecil dan mungil walau sebenarnya memang kecil, dan lebih rendah dari pada gedung "G", memang sebagian ulama mengatakan tidak menjadi masalah jika antara rumah ibadah (mesjid, mushalla, meunasah) dengan gedung yang lebih tinggi dari rumah Allah tersebut terletak saling berdekatan jika tidak dalam satu wadah (fondasi), dalam artian boleh-boleh saja lebih tinggi gedung di bandingkan rumah ibadah (mesjid, mushalla, meunasah) berdekatan tetapi memiliki jarak atau terpisah. Memang sih seperti demikian, tetapi kawan bagi saya dan menurut pemahaman saya, tidak ideal jika ada bangunan yang tingginya melewati kubah dari pada mesjd, mushalla ataupun meunasah, mengapa demikian?Rumah Ibadah itu tempat untuk beribadah, tempat berinteraksi hamba dengan sang pencipta, dan tempat yang suci, yang seharusnya harus dimuliakan, sekali lagi kawan-kawan saya mengatakan tidak ideal dalam artian kurang cocok jika ada bangunan yang dipergunakan untuk urusan duniawi lebih tinggi dari pada rumah Ibadah (Mesjd, mushalla, meunasah) sekali lagi saya tegas kan tidak ideal n kurang cocok bukan dalam arti tidak setuju. Lantas apa hubungannya dengan gedung "G"? Mungkin kawan-kawan dapat melihat dan menyaksikan sendiri pembangunan gedung "G" tersebut dengan kondisi mushalla kampus Universitas Serambi Mekkah yang hanya memiliki jarak sebesar 1 langkah ukuran kaki orang dewasa.
Nah kawan-kawan, dari 2 buah faktor tersebut (Konstruksi gedung dengan filosofi keagamaan) yang telah saya coba paparkan kepada kawan-kawan USM, apakah terasa berlebihan jika saya mengatakan itu sebuah ironi??
Sekali lagi saya memohon maaf, dalam penulisan ini tidak ada maksud untuk menyudutkan salah satu pihak tetapi hanya berbagi informasi dan mencoba membuka mata kawan-kawan mahasiswa/i USM, dan jika dalam penulisan ini terdapat kesalahan, saya pun memohon maaf, karena saya hanya mnusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan, sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Dia sang penguasa semesta, Allah SWT.
Hanya satu harapan saya, semoga kampus kita yang telah berumur lebih kurang 26 tahun ini dapat menjadi salah satu Universitas Swasta yang lebih unggul di Aceh dan menciptakan mahasiswa/i yang lebih berkompeten. Amin.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...