Tambang Membuka Konflik Baru di Aceh

Aceh merupakan provinsi paling barat di indonesia yang telah banyak memakan asam garam sejarah baik itu konflik antar Gerakan Aceh Merdekan (GAM) dengan Indonesia maupun Bencana Gempa dan Tsunami pada tahun 2004 hingga akhirnya semua berakhir dengan perdamaian pada kesepakatan MOU Helsinki Firlandia pada 2005 silam dan kini telah memiliki otonomi khusus dan tentunya ke istimewaan yang sangat berbeda dengan provinsi provinsi lain yang ada di indonesia, 

namun setelah perdamaian antara aceh dan indonesia ternyata belum juga konflik dan kedamaian di aceh tercipta dikarenakan pemerintah aceh yang berkuasa pada periode saat ini telah membuka konflik konflik baru antar sesama masyarakat dan pemerintah aceh seperti pembukaan tambang yang begitu bebas dan mudah, kurangnya lapangan kerja serta penebangan kayu yang makin marak sehingga menyebabkan bencana alam seperti yang terjadi ditangse beberapa bulan yang lalu telah menambah derita air mata rakyat aceh.

Sumber daya alam di aceh bisa dibilang begitu menakjubkan seperti minyak bumi, gas alam, emas, hutan, kopi, bahkan batu bara sehingga banyak investor yang melirik mata ke aceh untuk menguasai hasil alamnya dengan berbagai macam cara, padahal hasil alam dibagian perkebunan ataupun pertanian masih dibilang cukup menggiurkan untuk digarap tapi para investor kurang minat untuk melirik kedalam bagian tersebut sehingga yang mereka lirik adalah bagian pertambangan dengan memikirikan bagaimana bisa mengeruknya hingga tak bersisa meski konsekuensinya menimbulkan konflik pada masyarakat sekitarnya,  indonesia sendiri begitu banyak hasil alam tapi begitu kasihan ternyata lebih dari 30% perusahaan pertambangan besar yang ada di indonesia dikuasai oleh pihak asing sehingga ekonomi rakyat pun tak mampu untuk ditumbuhkan, belum lagi terjadi bencana akibat pembukaan lahan tambang yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan seperti yang terjadi pada lumpur lapindo hingga sekarang konflik dan penyelesaian pada masyarakat belum terselesaikan, akhirnya yang dikecewakan selalu masyarakat kecil.

Peringatan hari anti tambang maupun hari lingkungan para generasi negeri ini selalu memperingatinya dengan semangat bahkan selalu meneriak “ tolak pertambangan dan jadikan tambang sebagai sebagai cadangan terakhir” tapi apalah arti sang penguasa negeri ini tak pernah mendengar teriakan teriakan tersebut sehingga menjadi teriakan teriakan musiman yang tak digubris oleh pemerintah negeri ini, lihat saja pertambangan baru di aceh yang dibuka pada 2011 ini saja ada puluhan tambang dan kebanyakan dari keberadaan tambang tersebut menjadikan konflik di dalam masyarakat sekitar tapi apa yang akan terjadi aceh ini pada puluhan tahun kedepan apakah akan menjadi daerah pertambangan terbanyak , dan program program pemerintah untuk saat ini yang menjaga lingkungan apa manfaatnya belum lagi kondisi alam aceh yang semakin memprihatinkan bahkan walhi aceh dalam beberapa media mengatakan selama 2010 yang lalu telah mencatat ada sekitar 624 bencana yang terjadi di aceh itu bukan merupakan jumlah yang sedikit untuk provinsi aceh.

Sebenarnya saya sendiri masih bingung dengan kebijakan kebijakan pemerintah yang selama ini dikeluarkan karena dari satu sisi pemerintah menginginkan aceh sebagai provinsi yang menjadi contoh dalam penyelamatan lingkungan maupun hutan akan tetapi dari satu sisi pemerintah selalu mengeluarkan izin pertambangan yang terus menerus mengeruk pergunungan dan merusak lingkungan, sehingga yang menjadi pertanyaan saya “ada apa dibalik semua ini” 

Penulis : Yudie
Sekjend PEMA USM 2011-2012

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...