Tanggal 15 Agustus 2005 merupakan tonggak sejarah dengan ditandatanganinya Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki (Finlandia), yang kemudian diperingati sebagai titik balik penting dalam sejarah Aceh dan NKRI. Sejak awal, penandatanganan kesepakatan damai antara Pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tersebut memberikan harapan baru bagi seluruh masyarakat Aceh untuk hidup lebih baik, damai dan meraih kesejahteraan dan kemakmuran yang sejak lama diidamkan.
Namun hari ini tepatnya tanggal 15 Agustus 2011 merupakan tahun ke enam penandatangan MoU tersebut, akan tetapi implementasi dari butir butir MoU masih berjalan ditempat dan itu dibuktikan yang sampai pada hari ini belum adanya penyelesaian terhadap korban masa konflik tersebut.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia sampai hari ini belum juga diselesaikan apalagi masalah masalah lainnya seperti masalah ekonomi dan sosial budaya hingga sekarang kita masih bermimpi dan belum terbangun dari mimpi mimpi tersebut.
Konflik selama 30 tahun itu telah berdampak psikologis dan trauma mendalam bagi generasi maupun rakyat aceh, ribuan nyawa telah melayang selama 30 tahun itu namun pada saat perdamaian aceh kita rasakan seperti saat ini pemerintah hingga hari ini belum juga memberi kontribusi yang berarti bagi arti pedamaian ini.
Belum lagi menjelang pilkada di aceh yang ternyata menyebabkan konflik regulasi sehingga membuat rakyat aceh semakin menderita dengan tingkah laku para penguasa negeri ini, mereka telah disibukkan dengan jabatan nya dengan melupakan apa yang menjadi tujuan dari perdamaian di aceh diciptakan, hingga sekarang keadilan dan kesejahteraan masih menjadi mimpi bagi rakyat aceh dan masih sangat jauh untuk bisa dirasakan oleh rakyat aceh dikarenakan para pemimpin negeri ini tidak mempedulikan lagi kondisi rakyat.
